Kebahagiaan
Kebahagiaan
merupakan kebaikan dalam kaitannya dengan pemilikannya dan merupakan
kesempurnaan bagi pemiliknya. Kebahagiaan manusia tidak sama dengan kebahagiaan
hewan atau kebahagiaan tiap sesuatu terletak pada kelengkapan dan kesempurnaan
tiap sesuatu itu.
Bagian – bagian Kebahagiaan
Menurut Aristoteles kebahagiaan
dibagi menjadi 5 diantaranya yaitu :
1. Kebahagiaan yang terdapat pada kondisi sehat badan dan
kelembutan inderawi berkat temperamen yang baik, yaitu jika pendengaran,
penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan baik.
2. Kebahagiaan yang terdapat pada pemilikan keberutungan, sahabat
dan yang sejenis dengan itu sehingga orang dapat membelanjakan hartanya
dimanapun bila mau dan dengan harta itu pula ia dapat melakukan
kebaikan-kebaikan, menolong orang-orang pada umumnya. Dan dengan harta itu pula
ia dapat melakukan kegiatan yang menambah kemuliaannya, serta memperoleh pujian
dan sanjungan.
3. Kebahagiaan karena memiliki nama baik dan termasyhur di kalangan
orang-orang yang memiliki keutamaan dan lantaran itu ia dipuji-puji dan di
sanjung-sanjung oleh orang lain karena sikapnya yang senantiasa berbuat
kebajikan.
4. Kebahagiaan karena sukses dalam segala hal, hal itu bias terjadi
sekiranya seseorang mampu merealisasikan apa yang dicita-citakannya dengan
sempurna.
5. Kebahagian ini hanya bisa diperoleh apabila seseorang menjadi
orang yang cermat pendapatnya, benar pola berfikirnya dan lurus keyakinannya.
Baik keyakinan dalam agama maupun di luar perkara agama.4
Menurut
Aristoteles jika seluruh bagian kebahagiaan ini ada pada diri seseorang, maka
ia orang yang bahagia dan sempurna. Akan tetapi apabila bagian-bagian tersebut
hanya tercapai sebagian, maka kebahagiaan yang dimiliki orang tersebut tidak
sesuai dengan yang diinginkannya.
Sedangkan
filosof-filosof sebelum tokoh ini, seperti Phytagoras, Socrates, Plato
berpendapat bahwa kebajikan dan kebahagiaan hanya dimiliki jiwa saja dan juga
mereka berpendapat bahwa kebajikan-kebajikan tersebut cukup untuk kebahagiaan
dan orang tidak lagi memerlukan kebajikan lainnya, baik yang berkaitan dengan
tubuh atau di luar tubuh. Apabila manusia memperoleh keutamaan-keutamaan
semacam itu maka kebahagiaan tidak akan berkurang jika dia jatuh sakit, cacat
tubuh, atau diserang berbagai macam penyakit jasmani. Kebahagiaan akan
terganggu apabila fikiran lemah dan terganggu atau karena sebab lainnya.
Apabila jatuh miskin, tidak berwibawa atau kekurangan lain diluarnya maka yang
demikian tidak merusak kebahagiaan.
Tingkatan-Tingkatan Kebahagiaan
Adapun tingkatan - tingkatan
kebahagiaan menurut Aristoteles yaitu :
1. Tingkatan kebahagiaan dimana manusia mengarahkan pada kehendak
dan upayanya menuju kemaslahatan dirinya di dunia inderawi ini termasuk
perkara-perkara jiwa, tubuh, maupun keadaan jiwa yang berkaitan erat dengannya.
2. Pada tingkatan ini manusia mengarahkan pada kehendak-kehendak
dan upayanya untuk membuat jiwa dan tubuh menjadi sebaik-baiknya tanpa
terpengaruh hawa nafsu atau memperhatikan harta benda kecuali bila terpaksa.
Tingkat manusia dalam kebijakan ini banyak jumlahnya, hal ini disebabkan oleh
manusia yang berbeda-beda.
Adapun
perbedaan tersebut diantaranya yaitu :
a. Tabiat.
b. Kebiasaan.
c. Peringkat, ilmu, pengetahuan dan pemahaman.
d. Cia- cita.
e. Keinginan dan perhatian.
3. Pada tingkatan kebahagiaan
ini manusia melangkah menuju kebajikan ilahi murni, yang mana di dalam
tingkatan ini orang tak merindukan sesuatu yang akan dating, tak menoleh ke
sesuatu yang telah lawat, tak mengharapkan sesautu yang jauh, tak terpaku
dengan yang dekat, tak takut dengan keadaan tertentu, tak mengharap nasib baik
dan keberuntungan jiwa bahkan kebutuhan tubuhnya.5